Jumat, 26 Desember 2014

Rumah Warnet

DUNIA BARU

Mungkin Bagi sebagian orang warnet hanyalah sebuah nama tempat, sebuah lokasi tujuan atau mungkin hanya sebuah arena untuk bermain game, mengerjakan tugas atau mencari sesuatu yang berhubungan dengan dunia internet, tapi tidak bagi kami.
Bagi kami warnet seperti rumah, kantor bahkan bisa dibilang menjadi tempat basecamp kami berkumpul satu sama lain melebihi waktu yang kami habiskan dirumah kami sendiri ataupun dengan anggota keluarga kami, karena disini kami bermain game sepanjang hari entah itu hanya untuk mengisi waktu luang kami yang sangat banyak dikarenakan kebanyakan dari kami adalah seorang pengangguran yang memang malas mencari kerja ataupun tempat kami mencari uang dari game – game yang ternyata bisa menghasilkan uang.
Cerita ini tentang dunia saya dan teman – teman saya yang terjebak disebuah dunia yang bagi sebagian orang monoton dan tidak jelas tapi bagi kami adalah sebuah dunia yang sangat menyenangkan dan menguntungkan dari segi materi, sebuah dunia yang awalnya menjanjikan dan menghasilkan banyak hal untuk kami tapi nyatanya kami telah memasuki dunia yang sangat gelap dan dapat menghancurkan masa depan kami serta bisa membuat kami kehilangan semua yang kami miliki sampai dibagian yang terburuknya adalah dunia ini bisa menjadi semacam candu yang ternyata kadar candunya melebihi NARKOBA.
Nama saya Romano, saya dilahirkan dari keluarga sederhana yang hanya berpenghasilan pas – pasan tapi mungkin karena saya anak bungsu dari lima bersaudara dan dilihat dari hasil pendidikan sebelumnya dari kakak – kakak saya yang tidak terlalu menonjol kedua orang tua saya hampir selalu memberikan semua keinginan saya entah itu yang bersifat pribadi atau untuk urusan pendidikan namun semua perlakuan mereka hanyalah membuat saya yang memang diakuin oleh guru lebih dari mampu dalah hal pelajaran ternyata menjadi seorang anak manja yang sangat malas hingga tingkat ketergantungan yang sangat tinggi pada orang tua lalu membuat saya menggampangkan segala sesuatunya atau sebuah masalah yang saya hadapi tanpa pernah berpikir dampak dan resikonya.
Tahun 2008 bisa dibilang tahun puncak kesuksesan facebook masuk keindonesia, facebook yang awalnya mungkin hanya digunakan oleh sebagian kalangan untuk memudahkan pembicaraan mereka tentang bisnis ataupun sarana berkumpulnya komunitas – komunitas yang sudah maju terhadap tekhnologi dan internet khususnya tapi sudah menjadi seperti sebuah virus menyakit yang menyebar dan tidak mengenal batasan, walaupun saya sendiri pada saat itu sudah mengenal dunia internet karena terdapat warnet didekat sekolah SMU saya namun tidak terlalu menggemarinya seperti saat ini karena saya yang memang pada saat itu telah bekerja sebagai pialang saham hanya menggunakannya sebagai salah satu alat komunikasi dengan rekan sekantor ataupun dengan klien – klien yang sudah berinvestasi di perusahaan tempat saya bekerja menjadi hal yang paling dicari pada saat pertama kali berhubungan dengan dunia internet. Tapi bagi sebagian teman – teman saya yang memang awalnya tidak mengerti sama sekali tentang internet menjadi sesuatu hal yang baru dan layaknya manusia pada umumnya mereka akan mencoba mempelajari dan mendalami hal yang baru tersebut sampai mereka mengerti atau mungkin menjadi ahli terlebih salah satu dari teman kami yang bernama Tomy telah mengganti usahanya dari sebuah warung telepon atau Wartel yang memang bisnisnya sudah hampir punah dikarenakan semakin banyaknya orang yang sudah memakai tekhnologi handphone lalu banting setir menjadi warung internet atau yang lebih kita kenal sebagai Warnet. Di Warnet ini pulalah menyatukan kami yang pada hakekatnya sudah mengenal satu sama lain sejak kita kecil namun setelah remaja seperti orang yang saling cuek menjadi berkumpul kembali bahkan lebih dekat dari hubungan yang sebelumnya dikarenakan sejak saat itu kami lebih banyak nongkrong bareng dan menghabiskan waktu bersama – sama di Warnet tersebut lebih daripada rumah dan keluarga kami sendiri yang tanpa kami sadari sebagian dari kami telah membangun sebuah jembatan yang menjauhkan kami dari rumah ataupun keluarga kami sendiri dan saya khususnya









Pagi itu suara handphone yang terus berbunyi membangunkan ritual tidur pagi ku yang bisa dibilang sangat nikmat karena ditemanin teduhnya hembusan angin serta dibarengi dengan riuh rintiknya suara hujan yang terdengar merdu….
“ halo …” Tanyaku  dengan mata yang masih berat aku coba melihat handphoneku ternyata ada panggilan masuk yang nomornya tidaku aku ketahui
“ selamat pagi ?? benar ini dengan saudara Romano ?? ” suara tanya dalam telepon itu yang ternyata adalah seorang wanita tapi aku tidak kenal sama sekali dengan wanita tersebut.
“ iya benar, dengan saya sendiri. Ini darimana ya Mba ?? ” ucapku menjawab pertanyaan awal dari wanita tersebut lalu berbalik tanya kepadanya
“ saya Utari mas dari penerbit Sahabat Media, saya ingin memberitahukan kepada mas Romano kalau naskah novel yang mas Romano kirimkan kekita sudah diperiksa dan diterima. Jadi kantor kita sangat mengharapkan kedatangan mas Romano besok jam 9 pagi untuk membicarakan tentang kontrak dan yang lainnya mas ”
“ hah ?? serius ini mba ?? ” ucapku langsung memotong karena kaget atas apa yang aku dengar barusan
“iya serius mas ..!! ” jawabnya lagi dengan sangat yakin dan tegas
“ oke..oke mba, besok pagi saya pasti datang kok …” dan dengan suara yang bersemangat sambil sedikit meloncat kegirangan aku menyanggupi permintaannya lalu mengakhiri percakapan itu.  Kemudian setelah itu aku hanya bisa duduk tersenyum dikasur berusaha  menahan luapan kegembiraan yang aku sendiri masih merasa tidak percaya atas kejadian pagi ini dan merasa seperti sebuah mimpi yang sangat indah yang pernah dialami oleh seorang petidur seperti diriku ini.
Seorang petidur yang sampai detik ini hanya mempunyai rasa penyesalan , rasa bersalah atas kesalahan – kesalahannya dalam mengambil keputusan di masa lalu dimana semua cerita ini berawal.
“ nyet tadi gue ketemu bokin lo ditempat gaweannya. Katanya lo jangan telat!!” celetuk salah satu temenku Panji yang baru saja datang ke warnet lalu menghampiri aku yang sedang asyik main game sambil mendengarkan musik dan nyet adalah kependekan dari kata monyet, sebuah panggilan yang terbilang biasa untuk kami.
“ lo lagi ngapain disana ?? ” Tanyaku yang sedikit kaget lalu melihat jam takut apabila aku terlalu asyik diwarnet sehingga telat menjemput Mala,
“ nih nganterin bos ” jawab panji kemudian menunjuk teman warnetku yang lainnya yaitu Atma, bisa dibilang dari segi ekonomi Atma memang lebih unggul dibanding kami dan selalu dia pulalah selalu menjadi yang terdepan untuk urusan hal – hal yang berbau game dan tekhnologi karena sebagai mahasiswa di salah satu universitas terkenal di Indonesia, ilmu dan lingkungannya akan membuatnya jauh lebih unggul daripada kami yang notabenenya hanya lulusan SMU.
“ wah monyet makan – makan nga ngajak – ngajak ” tegurku yang sedikit meledek kepada Atma,
“ siapa yang makan – makan bego!! ketemuan sama orang doang gue ”. jawab Atma membantah ucapanku seolah menyembunyikan sesuatu ,
“ abis jualan chip bego dia nyet ” celetuk Panji sambil tersenyum yang membuat aku bingung dengan maksud omongannya yang memang terdengar asing bagiku.
“ chip ?? apaan tuh ??” Tanya aku yang penasaran maksud omongannya barusan kepada mereka berdua .
“ itu..poker yang dia maenin, hadiahnya disebutnya chip ” jawab panji dengan penjelasannya yang setengah – tengah dan makin membuat aku bingung serta makin penasaran.
“ game yang mana nyet ?? emang bisa dijual ?? ” dengan nada yang lebih serius kali ini aku mencoba menanyakannya langsung kepada Atma yang sudah mengerti dan paham dengan apa yang diomongin Panji barusan.
“ Texas Hold’em Poker… bisalah nih buktinya gue abis jual sama orang ” jawab Atma singkat tentang sebuah permainan yang selama ini sejak aku bermain internet baru mendengar jenis permainan tersebut ternyata sudah dia mainkan.
“ gimana cara mainnya nyet ??” Tanyaku lagi yang masih ingin tahu lebih dalam tentang permainan tersebut sambil meminta dia menunjukkannya secara langsung kepadaku. Dan akhirnya setelah menyalakan salah satu komputer di warnet lalu membuka jenis permainan yang sedang kami bicarakan,
“ nih..!! kaya capsa ( salah satu jenis permainan dikartu REMI ) aja tapi bedanya ini yang diadu cuma lima kartu” dengan sangat detail Atma menjelaskan tentang cara dan trik permainan tersebut dan membandingkannya dengan salah satu jenis permainan kartu remi yang memang sudah aku kuasai dari dulu tapi jarang atau secara diam – diam kami lakukan karena penilaian orang yang melihatnya akan beranggapan kami sedang bermain judi.
“ emang laku dijual ?? ” tiba – tiba teman warnetku yang lainnya Bowo ikut kedalam obrolan ini yang semakin terlihat menarik dan membuat kami serius menanggapinya.
“ pasarannya sih 15ribu, tapi tadi gw jual Cuma 12ribu” jawab Atma sambil tersenyum sumringah dengan hasil yang baru saja dia dapatkan dari penjualan chip,
“ ah yang bener lo ?? itu 15ribu perberapa ” Tanya lagi Bowo yang sama penasarannya dengan gue dan lainnya dengan meminta lebih detail penjelasan dari Atma.
“ sejuta chip atau 1m kalau disebutnya ”  jawabnya singkat tapi padat yang membuat kami kaget dan mulai membayangkan betapa menggiurkannya jumlah yang bisa kami dapatkan dari bermain game tersebut.
“ terus tadi lo jual berapa to ?? ” kali ini Dauz temen warnetku yang lainnya yang ternyata daritadi ikut bergabung dengan kami dan mulai meninggalkan komputernya serta ikut tertarik dengan permainan ini.
“ dikit 100m doang ” sambil asyik bermain dengan game tersebut Atma dengan santai menjawabnya.
“ widih… jadi sejuta dua ratus dong !! ” sahut Dauz memperjelas jumlah yang Atma dapatkan dari penjualan chipnya kali ini.
“ dih anak kampret gue dikasih Cuma gocap ” celetuk Panji  yang tiba – tiba merasa tidak senang dengan komisi yang diterimanya dengan ikut dan mengantarkan Atma menjual chip tersebut kepada orang lain sambil memukul pelan kepala Atma.  “ jangan banyak – banyak lo, ntar muntah lagi ”, jawab Atma yang menyindir Panji  lalu diiringi tawa kami serta dengan sedikit memohon, semua dari kami tentu saja ikut meminta jatah atau traktiran dari Atma yang pada malam itu menghasilkan jumlah uang yang bisa dibilang sangat besar untuk kami semua.
Dengan sangat kencang aku melajukan motor agar dengan cepat sampai ditempat kerjaannya Mala yang memang seharusnya sejak tadi aku sudah menjemput dia, tapi akibat keasyikan mengobrol sampai lupa waktu yang membuat aku sadar kalau sudah terlambat untuk menjemput dia. Dan dari kejauhan aku sudah mengenali betul sosok yang tengah duduk dengan memasang muka cemberut dan kesal karena sudah menunggu terlalu lama.
“ darimana sih ?? aku udah nungguin daritadi tau nga ?? ” Tanya Mala dengan ketus sambil memasang muka yang sangat marah kepadaku karena pada hakekatnya dia mempunyai sifat yang sama denganku yaitu termasuk orang yang tidak suka dibuat menunggu apalagi baru – baru ini dia sudah sering mengeluh karena aku yang sering terlambat untuk menjemput dia akibat aku terlalu asyik main game di warnet.
 “ maaf… tadi keasyikan ngobrol sama anak – anak sampai lupa waktu ”, jawabku dengan sedikit memasang mimik wajah merasa bersalah atas keterlambatanku sambil mengusap lembut pundaknya berusaha mencairkan kemarahannya.
“ emang tadi Panji nga bilangin sama kamu supaya jangan telat jemput aku ?? ” ucapnya mengingatkan amanah yang dia titipkan kepada Panji kepada aku agar tepat waktu kali ini.
“ iya..dia udah ngomong kok, aku minta maaf deh !! janji nga telat – telat lagi ” dan dengan sedikit berjanji aku berusaha menenangkan suasana hatinya yang masih terlihat emosi sampai akhirnya membuat dia luluh dan untuk segera melupakan kejadian yang baru saja menambah rasa badmoodnya pada hari itu karena banyaknya kejadian yang membuat dia kesal ditempat dia bekerja. Kemudian kami berduapun segera meninggalkan tempat itu untuk segera pulang karena terlihat sekali dia sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat dirumahnya, sedangkan aku sendiri masih sedikit memikirkan obrolan di warnet tadi yang membuat aku ingin terburu – buru ingin kembali ke warnet dan mencoba jenis permainan tersebut karena kalau memang benar apa yang dikatakan Atma tentang permainan itu maka aku bisa mencari tambahan uang dengan bermain game itu apalagi dengan kondisi sekarang yang sedang terjadi dikantorku yang menjadi semakin sulitnya mencari investor – investor baru dikarenakan beberapa masalah ekonomi yang sedang terjadi membuat situasi pasar perdangangan indeks dan saham menjadi tidak jelas serta dengan berhembusnya gosip – gosip bermasalahnya kantorku dengan badan pemererintah yang terkait bisa mengakibatkan kantorku bisa ditutup,  oleh karena itu aku harus cepat – cepat mencari pekerjaan atau pemasukan yang baru sebelum semuanya itu memang benar – benar terjadi dan aku menjadi seorang pengangguran.
Hari demi hari pun berlalu dan semua diantara kami sudah menemukan sebuah Dunia Baru disebuah tempat yang disebut Warnet hanya karena sebuah jenis permainan yang kami anggap pada saat itu menjadi sebuah kesibukan utama kami semuanya, dan kami pun sudah menjadi ahli dalam permainan tersebut serta sudah menjadi mata pencarian kami untuk mendapatkan materi bahkan aku yang seorang pekerja pun kadang suka membolos kerja karena selalu kesiangan bangun tidur ataupun diliputi rasa malas untuk berangkat kerja karena pada malam harinya aku sudah mendapatkan uang yang lumayan.
“ kamu udah cari – cari kerjaan lagi yang ??? ” Tanya Mala seusai berganti baju dari kamarnya lalu duduk menemaniku nonton tv, menanggapi obrolan kami kemarin yang mana aku bercerita kepadanya bahwa kantor tempatku bekerja sekarang dalam posisi kritis dimana perusahaan itu sedang menantikan sanksi oleh pemerintah akibat tuduhan awal penggelapan pajak yang dilakukan oleh perusahaanku ternyata terbukti dilakukan.
“ udah kok .. aku udah Tanya – Tanya sama semua kenalan aku dan aku juga udah masukin beberapa lamaran disitus lowongan kerja gitu deh ” jawabku spontan yang masih asyik menonton tv ,
“ yang semangat yah sayangku !!! ” ucapnya lagi perlahan lalu dengan tiba – tiba memelukku yang membuat aku hanya tersenyum kecil kemudian mengecup keningnya karena untuk sekarang hanya ini yang bisa aku lakukan untuk menunjukkan rasa sayang dan rasa terima kasihku kepadanya atas dukungan dan supportnya selama ini .
 “ oh iya kemarin kamu katanya mau beli HP baru ?? uang darimana kamu ?? ” tanyanya dengan tiba – tiba sambil melepaskan diri dari pelukanku,
“ akh kamu ngerusak suasana aja nih !! ” keluhku tanda protes karena harus kehilangan momen yang baru sebentar aku nikmatin ini, sebuah momen yang memang beberapa minggu terakhir jarang kita lewatkan dengan benar – benar berdua sekedar hanya untuk bercerita ataupun saling bertukar pikiran. Ya aku akuin memang ritme pertemuan kami selalu setiap hari karena setiap malam aku akan selalu menjemput dia sepulang bekerja tapi karena jam kerja Mala yang dari siang sampai malam membuat kami harus menerima konsekuensinya yaitu bertemu hanya sebentar, ditambah dengan aktifitas baruku yang sedang gila – gilanya kecanduan bermain game diwarnet semakin membuat hubungan kami terasa jauh.
“ ouh itu, uang dari menang main chip ” jawabku sambil tersenyum kecil.
“ dengar yah yang !! aku nga pernah ngelarang kamu ngelakuin apapun yang kamu suka, tapi aku nga suka yah kalau kamu kamu sampai kecanduan main game itu apalagi nantinya kamu sampai ngejadiin itu sebagai kerjaan kamu untuk ngedapetin uang ” ucapnya dengan tegas mencoba mengingatkan aku.
 “ kenapa dah yang ?? lumayan tau kalau menang. Nih buktinya aja aku dapat banyak gini !! ” belaku menyangkal dan mencoba menjelaskan keuntungan yang baru saja aku dapatkan dari bermain game tersebut.
 “ ayang… pertama, ini namanya judi dan aku nga suka kalau kamu mengandalkan hidup dengan bermain judi. Kedua , aku nga mau kamu nantinya kamu jadi malas mencari uang dengan kerja yang halal karena cara instan yang kamu dapatkan sekarang ini dan yang ketiga kalau menang kamu ketagihan ingin main terus kan ?? terus kalau kamu kalah, kamu pasti penasaran mau main lagi karena kamu udah pernah merasa menang dan yakin pasti akan menang lagi ” jawabnya lagi panjang lebar meyakinkanku tentang efek yang akan aku dapatkan nantinya karena bermain game ini.  Dan karena tidak mau menambah panjangnya perdebatan yang mungkin bisa merusak suasana yang sedang kami nikmati saat ini aku hanya tersenyum mengiyakan semua ketidak setujuan Mala pada malam itu lalu segera mengganti topik pembicaraan yang baru sampai larut malam.
Janji tinggallah janji, nyatanya penjelasan dan omongan dari Mala untuk tidak terlalu kecanduan game tesebut tidak pernah aku hiraukan sama sekali dan yang lebih parahnya lagi suka atau tidak suka ternyata aku sudah menjadikan bermain game tersebut adalah sebagai salah satu mata pencarianku untuk  menghasilkan uang.
“ naek nga nyet ?? ” Tanya Panji yang baru saja datang ke warnet kepadaku yang sedang konsentrasi bermain sambil mendengarkan musik lalu menyalakan komputer dan ikutan bermain disebelahku,
“ naek tadi tiga ratusan, eh kalah lagi maen di meja empat puluhan ” , jawabku yang masih fokus bermain tanpa menoleh sedikitpun.
“ tumben berat banget , biasanya enak akun lo nyari gope ( 500 ) ” ucapnya lagi mengingatkan bahwa selama ini memang itu sebuah kebetulan atau memang aku yang selalu beruntung mendapatkan kemenangan dalam game ini tapi memang pada saat itu menang bukanlah sebuah perkara yang susah untukku, terlebih selama ini aku cukup dikenal dengan seorang pemain game yang mempunyai nyali yang besar untuk bertaruh besar dan tidak pernah takut walaupun terkadang di permainan ini kita sering digertak oleh pemain lain.
“ tau nih kenapa nih akun ?? lagi disuruh main sabar kali ” jawabku santai sambil tersenyum dan menyalakan sebatang rokok.
“ beliiii …” teriak Novri yang juga baru datang sambil melepaskan helm yang masih menempel dikepalanya lalu masuk kedalam warnet. “ beli dong nyet ” ucapnya lagi kepadaku sambil berdiri dibelakangku dan ikut menyaksikan aku yang masih asyik bermain game.
“ belum naek – naek nyet, daritadi segini – segini aja ” jawabku mengeluh, yang sudah merasa agak sedikit jenuh dengan perkembangan pada hari itu dimana aku belum menghasilkan uang sama sekali dari permainan tersebut,
“ Panji.. beli dong !!! ” karena melihat chipku yang masih belum bisa dia beli akhirnya diapun mencoba bertanya kepada Panji,
“ oke, mau beli berapa ?? ” jawab Panji santai sambil balik bertanya kepadanya,
 “ nga usah banyak – banyak, beli 100 ribu aja ” jawabnya lagi lalu bergeser pindah mendekati Panji,
“ ya gimana yah ??? chip gue cuma ada 2m sisa basic doing , tungguin setengah jam dah !!! ” ucap Panji enteng sambil tersenyum yang ternyata hanya sedang membuat gurauan kepada Novri dan seketika membuat suasana warnet menjadi riuh akan bahan tertawaan anak – anak yang berada didalamnya termasuk aku yang sejak tadi hanya fokus bermain.
“ mampus loh ” teriakku sambil menggebrak meja warnet menandakan tanda senang karena baru saja mendapatkan kemenangan besar dan membuat pundi – pundi chipku menjadi semakin banyak, “ dih …dih apaan tuh ?? ” Tanya Panji yang terkaget lalu berdiri dan menghampiriku untuk melihat penyebabnya.
“ ada apaan sih nyet ?? ” Tanya Novri sekarang yang juga penasaran dengan teriakan aku barusan,
“ lo liat nih narik berapa ?? udah piting gue, malah di all –in ” jawabku kepada mereka berdua sambil menunjuk layar monitor dan memberi tahu tentang kemenangan besar yang baru saja aku dapatkan.
“ dih anak monyet hoki banget…!! narik gope (500) lagi ” ucap Panji sambil memukul pelan kepalaku,
“ mantab nyet !!! ” puji Novri yang memang sejak tadi masih nungguin aku menang agar dia bisa membeli chip dariku.
“ kabur akh ”  ucapku sambil tertawa yang masih kegirangan karena pada akhirnya kesabaranku sejak tadi mendapatkan hasil juga.
“ ya udah nyet transferin gue, nih gue beli 100 ribu ” ucap Novri lagi yang berusaha membujuk gue agar menjual chip kepadanya,
“ oke, jangan lupa transferin gue juga ” celetuk Panji juga yang mengingatkan gue agar tidak lupa kepadanya
“ ya udah buka aja nyet, sekalian buat Panji nih. Lo mau beli juga Wo ” jawabku kepada mereka berdua untuk segera membuka akun facebooknya sambil berteriak dan mencoba bertanya kepada Bowo yang masih diluar warnet, apakah dia juga mau membeli chip.
“ iya dong, gue beli juga 100 ribu ” jawabnya sambil beranjak masuk kedalam warnet lalu mencari computer yang sedang kosong lalu menyalakannya.
Dan akhirnya pada hari itu , karena sebuah keberuntungan yang aku dapatkan, semua teman – temanku bisa bermain game tersebut dan mencoba peruntungan mereka, walaupun menjual kepada mereka harganya jauh lebih murah dibandingkan apabila gue menjual kepada orang lain tapi buat aku itu lebih dari cukup karena apabila setiap hari aku mendapatkan keuntungan seperti ini bahkan gaji seorang manajer kantor pun kalah dibandingkan penghasilan yang aku dapatkan.